PEMBUATAN TAWAS MENGGUNAKAN ALUMUNIUM DAN KOH
Annisa Septiana1 , Noor
Syifa Inayah2) , Nur Azizah3 , Rakha Rafdila Aditya4
Program Studi Kimia Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jalan Ir. H. Juanda No.95,
Ciputat 15412 Indonesia. Telp. (62-21) 7493606
http://kimiaanorganikkel4.blogspot.com
Abstrak
Tawas adalah
kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat isomorf. Tawas ini
dikenal dengan nama KAl(SO4)2.12 H2O yang
dikenal banyak sebagai koagulan didalam pengolahan air maupun limbah. tawas di gunakan juga
dalam industri kertas dan karton, bahan aditif pada makanan serta penolak api pada
tekstil . Tawas kalium aluminium sulfat dihasilkan dengan mereaksikan logam
aluminium (Al) dalam larutan basa kuat (kalium hidroksida) akan larut membentuk
aluminat Telah dilakukan percobaan berjudul “Pembuatan Tawas menggunakan alumunium dan KOH” yang bertujuan
untuk menghasilkan tawas. Tawas di buat dengan bahan aluminium foil, alumunium foil ini di
campur dengan KOH dan H2SO4 hasilnya berupa larutan endapan putih susu yang di diamkan
hingga jenuh dan jadilah Kristal tawas siap pakai. Dari hasil praktikum
pembuatan tawas dihasilkan tawas 41.43 gr. Tawas di uji coba, dan berhasil
menjernihkan air yang mulanya keruh..
.
Kata Kunci : Tawas,
Alumunium foil, Kristal,
1.PENDAHULUAN
Tawas kalium aluminium sulfat dihasilkan dengan mereaksikan logam aluminium (Al) dalam larutan basa kuat (kalium hidroksida) akan larut membentuk aluminat.
2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O (l) —————-> 2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)
Larutan aluminat dinetralkan dengan asam sulfat mula-mula terbentuk endapan berwarna putih dari aluminium hidroksida Al(OH)3.
2KAlO2 (aq) +2H2O (l) + H2SO4(aq) ———–> K2SO4(aq) + Al(OH)3 (s)
Dengan penambahan asam sulfat endapan putih semakin banyak dan jika asam sulfat berlebihan endapan akan larut membentuk kation K+, Al3+, dan SO42-, jika didiamkan akan terbentuk kristal dari tawas kalium aluminium sulfat. Secara singkat reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut
H2SO4(aq) + K2SO4(aq) + 2Al(OH)3 (s) ——-> 2Kal(SO4)2 (aq) + 6H2O
24 H2O + 2Kal(SO4)2 (aq) ———–> 2Kal(SO4)2.12H2O(s)
Alum kalium sangat larut dalam air panas, sehingga ketika setelah penambahan H2SO4 yang membentuk endapan dan kemudian dipanaskan, pemanasan sebaiknya dilakukan pada suhu 60-80oC untuk menguapkan airnya dan suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 80oC karena tawas akan larut dalam air mendidih. Ketika kristalin alum kalium dipanaskanterjadi pemisahan secara kimia, dan sebagian garam yang terdehidrasi terlarut dalam air. Pada proses penguapan selama 10 menit dan didinginkan akan terbentuk Kristal dari KAl(SO4)2.12 H2O.
Reaksi keseluruhan
2Al (s) + 2KOH (aq)+ 10H2O (l) +H2SO4(aq) —————–> 2KAl(SO4)2.12H2O(s) + 3H2(g)
Tawas telah dikenal sebagai flocculator yang berfungsi untuk menggumpalkan kotoran-kotoran pada proses penjernihan air. [2] Tawas sering sebagai penjernih air ,kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia yang disebut koagulan. Pada umumnya bahan seperti Aluminium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O] atau sering disebut alum atau tawas, fero sulfat, Poly Aluminium Chlorida (PAC) dan poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai koagulan. Untuk menentukan dosis yang optimal, koagulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam proses penjernihan air, secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan tes yang sederhana (Alearts & Santika, 1984). Prinsip penjernihan air adalah dengan menggunakan stabilitas partikel-partikel bahan pencemar dalam bentuk koloid.
Tawas sebagai koagulan di dalam pengolahan air maupun limbah. Sebagai koagulan alum sulfat sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi.
Aluminium ialah unsur kimia. Lambang aluminium ialah Al, dan nomor atomnya 13. Aluminium ialah logam paling berlimpah. Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, namun merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif makanan, antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap tembakau, penggunaan aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik , dan kembang api.
Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Terang dan kuat. Merupakan konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang. Tahan korosi.
Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan dalam kabel bertegangan tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela dan badan pesawat terbang. Ditemukan di rumah sebagai panci, botol minuman ringan, tutup botol susu dsb. Aluminium juga digunakan untuk melapisi lampu mobil dan compact disks.
KOAGULASI/FLOKULASI
Koagulasi/flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel halus yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar sehingga bisa diendapkan dengan jalan menambahkan bahan koagulasi (koagulan).
Koagulasi/flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel halus yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar sehingga bisa diendapkan dengan jalan menambahkan bahan koagulasi (koagulan).
Secara tradisional untuk
koagulasi air banyak dipakai seperti biji kelor (Moringa Oleifera), karat besi,
tanah gambut dan sebagainya.
Biji kelor dipilih yang sudah tua dan kering di pohon (kadar air 10%). Menurut penelitian/pengalaman Pusat Litbang Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum bahwa 6 biji kelor kering yang sudah digerus cukup sebagai koagulan dan desinfektan 1 liter air. Biji kelor sebagai desinfektan juga karena mengandung senyawa myrosin, emulsin, asam gliserid, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, lemak, minyak dan senyawa yang bersifat bakteriosidis.
Penggunaan karat besi jauh lebih murah dibandingkan dengan Al2SO4. Penelitian Pusat Litbang Pemukiman PU menunjukkan bahwa koagulan karat besi ternyata biayanya hanya seperdua puluh empat kali tawas (Al2SO4).
Tanah gambutpun (2-3 meter dari muka tanah) dapat dipakai sebagai koagulan 1/2 kg tanah gambut cukup untuk mengadakan proses koagulasi air sebanyak 200 liter.
Kegunaan/Kemampuan
Kegunaan koagulasi/flokulasi yaitu memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang sangat lembut dan bahan-bahan koloidal di dalam air menjadi agregat/jonjot (proses sebelum penggumpalan) dan membentuk flok, sehingga dapat dipisahkan dengan proses pengendapan dan dapat juga berfungsi menghilangkan beberapa jenis organisme dalam air.
Biji kelor dipilih yang sudah tua dan kering di pohon (kadar air 10%). Menurut penelitian/pengalaman Pusat Litbang Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum bahwa 6 biji kelor kering yang sudah digerus cukup sebagai koagulan dan desinfektan 1 liter air. Biji kelor sebagai desinfektan juga karena mengandung senyawa myrosin, emulsin, asam gliserid, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, lemak, minyak dan senyawa yang bersifat bakteriosidis.
Penggunaan karat besi jauh lebih murah dibandingkan dengan Al2SO4. Penelitian Pusat Litbang Pemukiman PU menunjukkan bahwa koagulan karat besi ternyata biayanya hanya seperdua puluh empat kali tawas (Al2SO4).
Tanah gambutpun (2-3 meter dari muka tanah) dapat dipakai sebagai koagulan 1/2 kg tanah gambut cukup untuk mengadakan proses koagulasi air sebanyak 200 liter.
Kegunaan/Kemampuan
Kegunaan koagulasi/flokulasi yaitu memudahkan partikel-partikel tersuspensi yang sangat lembut dan bahan-bahan koloidal di dalam air menjadi agregat/jonjot (proses sebelum penggumpalan) dan membentuk flok, sehingga dapat dipisahkan dengan proses pengendapan dan dapat juga berfungsi menghilangkan beberapa jenis organisme dalam air.
2. METODE
PENELITIAN
Praktikum
dilaksanakan selama bulan September 2014. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Kimia Pusat Lab Terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Alat
dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Erlenmeyer 250 sebanyak 3 buah, Beaker gelas 600 ml 1 buah, Gelas ukur 50mL 1
buah, Hot plate 1 buah,corong, Kertas saring.
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan KOH 3M, aquadest, Alumunium foil sebanyak 1 gram, dan
H2SO4 50 mL
Pembuatan
larutan /KOH dan Alumunium foil
Pembuatan
larutan KOH dengan cara melarutkan KOH berbentuk pellet . Untuk KOH 3M,
sebanyak 8,4 gram KOH dilarutkan dengan aquadest sebanyak 50 ml sehingga
memiliki konsentrasi 3M. Lalu potong kecil kecil alumunium foil sebanyak 1 gram
Pembuatan
Tawas
Di Siapkan
larutan KOH yang telah dibuat di lemari asam,lalu Timbang serbuk Al sebanyak
1gram dan masukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi larutan KOH sedikit
demi sedikit sambil diaduk sampai Al
larut sempurna sambil dipanaskan, amati yang terjadi kemudian Diamkan atau
dinginkan campuran sekitar 10-15 menit, kemudian disaring dan filtratnya
ditampung dalam Erlenmeyer, setelah itu di tambahkan aquades jika filtrat
terlalu sedikit sampai setengah volume awal, kemudian ditambahkan asam sulfat
50% tetes demi tetes dari buret ke dalam filtrat sambil diaduk, Panaskan
campuran di atas pemanas pada suhu 60-80oc selama 10 menit,
Dinginkan dan diamkan di udara terbuka sampai terbentuk Kristal. Saring kristal
menggunakan corong buchner (kertas saring yang digunakan ditimbang) dan cuci
dengan 20 mL alcohol-air 50:50, kemudian keringkan, setelah itu ditimbang
kristal yang terjadi
Pengujian tawas
Disiapkan 10
tabung reaksi dan larutan CUSO4, FECL3, KMNO4, K2CRO4 dan Air keran , pertama
dimasukan CUSO4 kedalam dua tabung reaksi, tabung pertama ditambahkan tawas, dan tabung kedua sebagai
kontrol, ulangi percobaan dengan larutan FECL3, KMNO4, K2CRO4 dan air keran .
3.
Hasil dan Pembahasan
3.1
Hasil Tawas
No
|
Ditambahkan dengan
|
Hasil
|
Berat Tawas
|
1
|
Alumunium foil + KOH 3M
|
Terbentuk tawas
|
2,1936 gram
|
Uji Tawas
no
|
Larutan
|
Warna sebelum
|
Warna setelah
|
1
|
Air keran
|
Bening
|
keruh
|
2
|
Cuso4
|
Biru muda
|
Biru bening
|
3
|
FECL3
|
kuning
|
Kuning pucat
|
4
|
KMNO4
|
Ungu tua
|
Ungu
|
5
|
K2CRO4
|
orange
|
Kuning
|
3.2
Pembahasan
Proses awal pembuatan tawas dilakukan dengan melarutkan
potongan potongan aluminium foil yang sudah dipotong kecil kecil dalam larutan
KOH sambil dipanaskan. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat kelarutannya,
karena semakin tinggi suhu dan semakin luas permukaan zat maka kelarutannya
semakin besar.
A.
Pengaruh KOH
Pada penambahan KOH reaksi berjalan cepat dan
bersifat eksoterm karena menghasilkan kalor. Dalam reaksi ini terbentuk gas H2
yang ditandai dengan munculnya gelembung- gelembung gas. Gelembung-gelembung
gas hilang setelah semua aluminium bereaksi. Setelah Al larut, dihasilkan
larutan berwarna hitam. Reaksi antar Al dan KOH berlangsung melalui
persamaan berikut2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O (l) —————-> 2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)
B.
Pengaruh H2SO4
Setelah proses pelarutan selesai, dilakukan proses
penyaringan, proses penyaringan ini
bertujuan untuk menyaring ion-ion
pengganggu, dan yang tersisa hanya tinggal filtratnya. filtrat ini kemudian
diambil, dan ditetesi dengan asam sulfat 50 mL. Proses penambahan asam sulfat
ini dilakukan secara perlahan sambil diaduk, hal ini bertujuan agar semua Al
yang berada di dalamnya dapat bereaksi sempurna dengan pembentukan endapan yang
sempurna secara teratur. Penambahan asam sulfat secara perlahan juga bertujuan
agar dapat mengendalikan pH dengan mengecek pH setiap beberapa tetes sekali,
sehingga larutan tidak akan terlalu asam dan tidak terlalu basa, sehingga
penambahan H2SO4 dapat dihentikan tepat pada pH 1-2, karena pada pH 1-2 terjadi
pengendapan yang sempurna dan dapat mengikat kation K+ dan Al3+. Reaksi antar zat yang dihasilkan dari reaksi
antar Al dan KOH dengan asam sulfat menghasilkan endapan yang berwarna putih.2KAlO2 (aq) +2H2O (l) + H2SO4(aq) ————-> K2SO4(aq) + Al(OH)3 (s)
Warna putih yang terbentuk berasal dari senyawa Al(OH)3. senyawa Al(OH)3 yang bersifat basa dicampurkan dengan asam sulfat hingga pHnya 1-2. Hal tersebut bertujuan untuk membentuk kation-kation (K+ dan Al3+) yang merupakan elemen elemen yang diperlukan untuk membentuk tawas.
H2SO4(aq) + K2SO4(aq) + 2Al(OH)3 (s) ————–> 2Kal(SO4)2 (aq) + 6H2O
C.
Pengaruh di Panaskan
Larutan tersebut
dipanaskan dengan suhu 60-80oC. Setelah dipanaskan dan kemudian
didinginkan terbentuklah kristal-kristal tawas.. Kristal-kristal tawas yang telah didinginkan.
Pada saat pendinginan ini, larutan dibiarkan diudara terbuka hingga dingin,
pada saat ini endapan yang terbentuk adalah Kal(SO4)2.12H2O.
Setelah dingin, dilakukan penyaringan dan dibilas dengan air dan alkohol, yang
bertujan untuk mencuci endapan dan membilas sisa tawas yang tersisa di
erlenmeyer serta fungsi alkoholnya untuk mempercepat penguapan larutan pencuci.
Kristal yang terbentuk kemudian disaring dan dikeringkan. Pada percobaan ini
tidak dilakukan analisis titik leleh, sehingga hanya dilakukan pembuatan tawas
dari aluminium foil saja.24 H2O + 2Kal(SO4)2 (aq) ————-> 2Kal(SO4)2.12H2O(s)
Dari hasil percobaan yang didapat, tawas yang dihasilkan adalah 2,1936 gram, dan tawas yang di dapat btidak berwarna atau bening dan berbentuk seperti bongkahan Kristal, hal ini dikarenakan pada saat pendinginan setelah dicampurkan H2SO4 dan dipanaskan , di diamkan selama sehari an, sehingga tawas yang dihasilkan pun seperti bongkahan kristal dan tidak berwarna (bening ) , di ketahui tawas yang baik adalah tawas yang berbentuk bongkahan dan tidak berwarna .
Uji tawas
Tawas berfungsi
sebagai penjernih air, pada percobaan awal ,pada saat di campurkan dengan
larutan cuso4, kmno4, fecl3, k2cro4 dan air keran warna yang dihasilkan menjadi
lebih jernih, kecuali pada air kran , warna yang dihasilkan menjadi keruh.
4.
Kesimpulan
Dari beberapa percobaan atau ekperimen yang
dipaparkan dapat di simpulkan yaitu Pada pembuatan tawas dengan menggunakan KOH
3M dan alumuniuum foil 1 gram dapat mengahasilkan tawas 2, 1936 gram, dan pada
penambahan H2SO4 bertujuan agar Al bisa bereaksi
sempurna.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F. A., dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar,
UI-Press, Jakarta.
Sugiyarto, K. H., dan Suyanti, R.
D., 2010, Kimia Anorganik Dasar, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Hala, Y., 2010, Penuntun Praktikum
Kimia Anorganik, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Vogel.
2005. Buku Teks Analisis Anorganik
Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian
, edisi ke Lima. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar